Wednesday 27 March 2013

Love is Blind

Dari pepatah jawa sampai pepatah negeri Paman Sam juga akan bilang hal yang sama tentang urusan yang satu ini. Cinta itu buta. Tidak mengenal ras, suku, budaya, warna kulit, bentuk fisik, miskin ataupun kaya. Jika cinta sudah memilih, maka siap-siaplah falling down. 

Seperti halnya pengantin yang satu ini :


Awalnya dapat dilihat bahwa si mempelai pria terlihat bahagia. Dia sepertinya bangga memiliki pendamping yang cantik, dan akan mendampinginya sampai tua. Namun beberapa cemooh dari masyarakat yang menonton rangkaian upacara pernikahan adat Lombok ini, bahwa si mempelai wanita kurang beruntung mendapatkan suami yang memiliki kekurangan membuatnya terlihat sedih. Begitu pula si mempelai wanita. Uraian air mata di langkah-langkah terakhir menjadi iringan upacara itu pula. Ada beberapa yang menyatakan begini : "Mau-maunya sih mau sama orang gitu?", "Eh, liat deh, pengantinnya nangis. Baru sadar kayaknya kalo suaminya pendek." Sampai yang paling miris bagi telinga saya adalah, "Mau kasi uang berapapun saya tidak akan sudi punya suami seperti itu". Orang-orang berbondong-bondong datang ingin menyaksikan betapa "fenomenal"nya pengantin ini, bahkan dari desa sebelah ikut meramaikan hingga jalananp pun sesak. Look at that... 



Where is the big problem? I think no one else can run away from love. She just falling in love. Namun beberapa orang sepertinya tidak sadar, bahwa manusia tetaplah manusia yang memiliki hati, jiwa, dan perasaan. Setiap manusia berhak memiliki cinta, yang kalau menurut saya, bekal penting sampai kakek nenek. Doa saya buat mempelai, semoga langgeng sampai tua, dan tutup telinga dari gunjingan tidak enak. 

Kalau saya pikir sih, jangan-jangan orang-orang pada iri karena tidak bisa mengadakan upacara pengantin yang lebih yahud dari si mempelai pria satu ini. Dan yang jelas, si mempelai pria lebih pintar mencari jodoh dari pada yang merasa diri sempurna. hihii...

Tuesday 26 March 2013

Bayar Hutang

Dengan cuaca 27 derajat Celcius hari ini Saya harus tetap bertahan pada pendirian awal : Saya harus kuat sampai magrib. Yeah, puasa qadha(1) di tengah orang yang sedang asik makan memang menjadi cobaan berat. Apalagi hari ini saya harus memasak untuk orang rumah, dengan menu sayur asem dan sambal telur. Tapi yang namanya hutang harus tetap di bayar.

Kadang saat puasa, kita sering lupa sedang berpuasa. Seperti contohnya hari ini. Ketika memasak biasanya saya mencicipi makanan, apakah bumbunya sudah pas atau kurang. Tidak terasa kalau kuah sudah masuk beberapa kali melewati kerongkongan tanpa sadar kalo saya sedang berpuasa. Sampai akhirnya saya sadar sendiri dan senyum-senyum sendiri. Jika hal itu membatalkan, mungkin saat ini Saya sudah melahap habis lauk siang ini. hihi...

Buat menghemat energi, Saya mau tidur siang dulu (modus malas). Ciao...

(1) mengganti puasa yg ditinggalkan saat Ramadhan

Pemalas

Hari ini sudah menginjak bulan kedua sejak menginjakkan kaki di pulau Lombok tercinta. Semenjak kepulangan kembali ke tanah air, saya memang menjadi pemalas. Awalnya memang ingin bermalas-malasan karena ingin keluar dari kepenatan selama di Jerman. Chilling dan mencoba menikmati hangatnya udara dan mentari, tidur sampai siang, makan makanan rumah yang emang udah menjadi mimpi-mimpi indah selama satu tahun belakangan. Namun akhrinya kebablasan hingga hari ini.

Tapi ternyata menjadi pemalas itu juga sangat membosankan. Tidak tahan untuk melonggarkan otot-otot yang udah kaku, karena memang selama setahun belakangan otot-otot selalu berpelumas. List-list yang harus dikerjakan juga sebenarnya sudah menumpuk, tapi hanya sedang menunggu hari yg pas untuk dilaksanakan. Alasann... ^_^

#Kalo ada yg baca postingan ini, pasti mengira kalau saya memang bodoh dan pemalas.
Postingan bodoh juga sih nih.. hihihiii...

And now I just want say enjoy your time.